Aku bediri mematung saat menatap indahnya pantai dan gunung yang menjulang tinggi. Pantai yang indah disalah satu sudut negri Timor Leste ini membuatku terkagum. Hembusan angin dan derapan kaki para pendatang menaiki tangga kearah patung Cristo Rei.
Siang itu udara panas tidak terkendali, hembusan angin di pucuk gunung dengan patung seorang juru slamat yang membuka tannganNya untuk menyambut setiap orang yang datang ke tempat ini.
Sejenak ku tatap alam yang indah di pulau ini, hamparan air laut di bawah
Baru aku sadari bahwa nama Dilli itu berarti disini ada pantai, dan memang benar pantai di negri yang baru merdeka ini dipenuhi dengan pemandangan yang luar bisa.
Ucapan syukur mungkin takan pernah habis untuk melihat kekayaan pulau ini, dari ujung barat ke ujung timur semua di hiasi dengan pantai yang indah dan eksotik.
Tapi apa keindahan ini milik semua orang Timor Leste? entahlah….
Sejenak aku tekejut melihat begitu banyak orang asing yang tinggal di
Kini aku berdiri tepat di puncak gunung yang memiliki patung Yesus,aku ternganga ketika aku tahu aku ada diatas kepala berpuluh manusia di di bawah sana-di puncak hidup, dalam pikirku-. Anggan ku melayang membayangakan aku ada di atas puncak kehidupanku, aku seakan terbang jauh menembus awan tanpa rasa takut dan kegetiran hidup.
Kadang dalam kehidupan kita, kita ingin sekali berada di atas puncak kenikmatan hidup ini, dimana semua yang terjadi dalam hidup kita adalah kesenangan belaka, tapi apa itu namanya hidup???, meraih segala kenikamatan hidup dengan mengorbankan kehidupan orang lain?????
Diskriminasi yang kulihat disini, membuka mataku bahwa di puncak kehidapan dengan menghapus kebebasan orang lain adalah kenisataan hidup yang patut di hapuskan. Dan aku telah belajar olehnya.
“Hidup adalah berkat maka nikmatilah hidup itu”
1 comment:
I just open your Blog and its very interesting... :-)
I want to give you information about our plan to make STAKWW Blog. The result of judicium meeting, the authority of campus agreed with it...
Okay, I wait for you come to Indonesia soon.
My regard: Pdt. Agus, Bakaran
Post a Comment