Thursday, February 19, 2009

“KAWIN…OH MY GOD”

Udara panas menyengat di musin ke marau tahun 2008 memang tidak bersahabat, lihat saja pohon waru yang biasanya rindang kini tinggal ranting kering kerontang. Tempat nongkrong anak kampus yang tepat dibawahnya tidak menjadi tempat yang nyaman lagi untuk ngoceh. Dan kini ketiga pemuda kampus itu lebih suka duduk di warung kecil yang berjarak 20 meter dari pohon waru itu.

Ketiga pemuda yang berumur hampir sepadan itu sudah duduk di dalam waung itu sambil bercanda tawa ala anak cowok.

“Ehh Ren…loe tau ngak bentar lagi ini kita lulus, mau kemana loe habis kuliah?” Tanya lelaki yang tubunya berkuran XL.
“Tau nich.. gue pikir cari kerja dlu kali ya.. nah le sendiri gimana Ton..” jawan Rendy.
“Gue… juga bingun mau kemana..ato malah minta di kawini ma nyokap…” jawab si Tony. “Loe gimana Rey?” lanjutya
“Leo mau kawin setelahlulus.. gila aja loe..mana ada yang mau ama loe?’ jawab Rey nyindir.
Perbincangan mengenai setelah lulus masih menjadi topic utama buat mereka. Namun entah kenapa perbincangan mereka beralih ke masalah “pacar” setelah liat cewek teman se kampus yang lewat.
“Ah.. leo Rey… kalo liat cewek aja baru melek…” kata Rendy.
“iya nich…. Anak ii mau cepet kawin loe..” tipal tony.
“Ehh.. beneran .. loe ngak pengen kawin..?’ Tanya si Rey.

Sejenak ketiganya membisu, otak mereka yang belum pernah berfikir untuk kawin kini mulai terusik untuk memikirkannya. Jangankan kawin pacar saja belum ada, -nah lho-… pacar belum ada mana mau kawin, -kawin ma kerbo-.
Ke-tiganya masih duduk dalam kebisuan, mencoba berfikir akan satu kata “KAWIN”, yang merupakan kata ter berat dalam pikiran mereka. Persaan kalo baru saja kemaren lulus SMA dan kini sudah di hadapkan dengan urusan KAWIN MENGAWINI. Sungguh kehidupan ini cepat adanya.

Mungkin diantara kita belum pernah memiliki pikiran untuk menikah atau membangun rumah tangga, namun yakinlah masa itu akan datang. Dan kita di tuntut untuk KAWIN…..

MAU KEMANA SICH LOE…?????

“mau pulang sekarang?” Tanya temanku membuyarkan pandanganku pada sekolompok anak muda yang bermain musik, tepat di depanku itu.
“aku sich teserah.. kalo emang masih lama juga ngak apa-apa.” Jawabku singkat.

Di dalam bangunan gereja yang megah ini, aku terpaku akan ke indahan dekorasi di setiap sudut ruangan penuh kursi yang tertatat rapi ini. Mimbar tinggi tempat pendeta berkotbah berdiri kokoh, sedangkan background dari kain yang menghubungkan lantai dasar dan langit-langit, menambah keindahan gedung gereja ini. Jujur saja aku kagum akan keindahan yang terpancar dari mimbar dan kain yang berwarna ungu itu. Kesa ke-sakralan akan tempat ini membuat merinding.

Di dalam ruangan ini, beberapa pemuda sedang berlatih pujian untuk ibadah besok, sedangkan aku yang merupakan temu di tempat ini hanya menonton dari bawah.
“ehh.. pulang yuk?” seru temanku yang sekarang melayani di tempat ini.
“sekarang, .. ok.” Ucapku.

Setelah berjabat tangan dengan beberapa pemuda itu, aku dan temanku melangkah keluar dari gedung besar ini. Dengan sepeda motor miliki temanku, kai melangkah pulang. Melewati jalan beraspal, motor kami melangkah dengan santai sambail meikmati suasana malam ini. Mobil dan motor melewati sepeda motor kami yang bejalan lambat.

“Dek… sebagai seoarang pelayan, kita harus meliahat setiap orang yang kita layani, dan berusaha medekati mereka untuk maju.” Ujar temaku di tengah perjalaan.
“Ya pastilah.” Jawabku singkat.
“dan jikalau kamu ingin menjadi seorang missioner, ya… itu sangat di butuhkan sehingga kamu tahu apa dan bagaimana menghadapi orang yang kamu layanai.” Ucap temanku. “seorang misi harus dapat melihat peluang yang sekiranya bisa di jadikan untuk masauk dalam suatu komunitas.” Lanjutnya.

Sementara otaku berfikir akan perkataan temaku ini, perjalanan terus berlanjut. Beberapa kali motor kami masuk lubang kecil yang ada di jalan dan membuat bunyi pada rantai di motor kami.

“ehh kalo boleh tahu, apa sich yang kamu inginkan dalam pelayanan?” Tanya temanku yang sontak mengejutkanku.
Dan memang pertannyaan itu membuatku berfikir keras.
“Kamu sudah tau kan, apa yang mau kamu lakukan?” katanya. “Jika jadi misionaris, komunitas kita itu banyak sekali peluang untuk mu jika kamu mau, dan saya berharap kamu mulai untuk memikirkan kemana kamu akan melangkah, kamu ngak mau kan jadi pendeta yang hanya terkurung denga hal-hal dalam gereja saja, atau hanya penulis novel yang ngak jelas…..saya sarankan mulai sekarang kamu sudah bisa ambil langkah mana yang kamu mau ambil.” Jelasnya penjang lebar.

Aku terbawa aka pikiranku sendiri, memikirkan akan masa depan yang akan aku lewati. Entah kenapa perjalanan malam ini terasa lambat, roda yang berputar seakan berhenti pada satu sudut jala kota ini. Pikiranku melayang menanyakan apa yang sebenarnya aku mau.

“saya sudah menjadi temanmu semenjak kamu masuk dalm komunitas kita, dan saya melihat kamu hanya menikmati sukanya saja belum benar-benar masuk dalam inti dari komunitas kita, apa mau kamu hanya menjadi penghibur saja?” ucap temanku melanjutkan.
“PENGHIBUR SAJA” sontak pikirku seakan dipaksa untuk berfikir jauh melampaui akalku. “Apakah aku hanya seorang penghibur dalam komunitas ini?” pertanyaan itu terus teriang dalam benakku. Baru kali ini aku temukan sudut pandang berbeda mengenai diriku.
“seseorang akan sangat berharga ketika ia bisa berguna bagi komunitasnya, dan ketika kamu menjadi misionaris maka, hal itu sangat penting.” Kata temanku yang memecahkan anganku.
Untuk sejenak kami terdiam menikmati udara malam yang mendung. Terus melewati jaan berasapal, kami memasuki pusat kota yang ramai aleh para pemuda.
“kamu ingat dengan seseorang yang mengajakmu untuk buat proyek kemaren?” Tanya temanku.
“ya.. aku ingat, kenapa?”
“jarang kan sekarang kamu di kontak,” kata temanku.
“Iya…”
“tahu kenapa…?” Tanya temanku. “aku kasih tahu karena dia pernah bicara dengan ku bahwa dalam pelayanan misi perubahan itu akan cepat sekali, dan orang ini ketika sudah percaya, dia akan mendorong untuk maju, tapi jiak sudah tidak siap dan tidak memenuhi standart maka ia tidak akan membuang energi untuk orang ini, dan itu mungkin sekarang terjadi di dirimu, aku melihatnya.” Jelas temanku.
“jadi.. aku dianggap tidak memenuhi standart…” Tanya ku kaget alang kepalang.
“ya...mungkin.. itu karena kamu dianggap belum punya tujuan kemana kamu akan melangkah untuk masa depan, dan orang ini masih sulit memahami dirimu kemana arah langkahmu.”

Seakan bumi ini berhenti dan detak jantungku melemah aku terpaku pada satu kata “TIDAK MASUK STANDART”. Aku tidak tahu harusu bersikap bagaimana akan tetapi, tikaman kata itu menusuk tepat di jantungku.

Kina aku aku menyadari, ketika seseorang tidak memiliki TUJUAN dalam kehidupanya maka semua adalah tidak pasti dan akan mengambang seperti perahu yang di bawa ombak kesana kemari tanpa tujuan.

Otakku berfikir keras mencari apa yang aku inginkan sekarang, bergumul mencari jalan yang tepat untuk aku jejaki. Dan itu semua adalah bagian dari hubunganku dengan Tugan sang perancang masa depan.

5 ALASAN ORANG MENIKAH DAN 5 ALASAN ORANG TIDAK MAU MENIKAH

Ketika waktu terus berlanjut, musim demi musim berganti sampai pada akhirnya kedewasaan pun tidak luput dari masa itu. Dan pembuktian kedewasaan adalah dengan berani keluar dari orang tua atau bersatu dengan tulang rusuk yang mendampingi kita. Nah… di bawah ini beberapa pendapat dari teman-teman mengenai pernikahan…

1. BERIBADAH.

Well… kalo di pikir-pikir ada benarnya sich, kalo menikah itu beribadah. Dan kau yakin setipa AGAMA juga menganjurkan untuk menikah. Dalam satu bagiankitab suci misalnya, ada kisah ABRAHAM yang Tuhan menganjurkan mememnuhi bumi dengan keturunannnya. Nah… kalo ngak dengan cara MENIKAH.. -ya.. nggak mungkin-.. masak mau kumpul kebo. Jangan dech!!!

2. PENGEN PUNYA KETURUNAN.

OK…. Aku setuju dengan hal ini, banyak orang menikah karena mereka mau memperoleh suatu keturunan. Lagian siapa sich yang nggak bangga kalo melihat anak sendiri dan melihat keturunan dari keluarga kita.

3. PENGEN DI CINTAI

Aku secara pribadi stuju dengan hal ini, bahw setiap orang butuh di cintai dan di sayangai. Mana ada orang yang suka di benci ato malah di hina. Maka dari itulah ketika kita menikah maka kita memiliki seseorang yang mencintai dan menyayangi kita.

4. NYOBAIN SURGA DUNIA DAN MEMBINA KELUARGA

Wah… mungkin yang satu ini jarang aku temui namun salah satu temanku nyletuk kayak gini, jujur saja, mungkin kita pernah dengar kalo menikah kita akan tahu indahnya surag dunia. Mungkin ini di hubungkan dengan hubungan badan/ suami istri. Tapi boleh dech.. di jadiin alas an….

5. MENIKMATI SEKS.

Wuih.. kalo ini. Aku jelas berfikir keras. Ya …. Memang sich.kalo meikah pasti ada hubungan SEKS, lagian siapa sich di dunia ini ngak suka yang namanya SEKS, .. dari umur SD aja udah banyak nonton film porno. Maka dari itu, mungkin ketika menikah orang lebih leluasa berhungan SEKS karena sudah di restui, tidak asal-asalan.

6. IKUTI TREND

Menikah di era modern ini mungkin dianggap sebagai hal yang BIASA, kenapa? Liat saja artis di Indonosia yang dengan se-enaknya kawin- cerai. Dan mungkin itu salah satu alasan orang mau menikah, karena ikut-ikutan untuk menikamati wanita yang ia cintai, bayangin kalo ngak nikah.. bisa di keroyok orang sekampung.

Namun ketika banyak orang ingin segera menikah ada sekelompok orang yang berfikran berbeda. Dan kelompok itu lebih suka tidak menikah dan beberapa alasanya ialah…

1. TAKUT.

Ini adalah alasan ter banyak yang aku temui, kebanyakan orang tidak menikah karena takut, ada yang takut ngak bisa ngasih anak, takut ngak bisa muasin pasangan, ada yang takut kalo di khianati, namun kesemuanya itu mungkin benar.

2. LEBIH SUKA SENDIRI

Di dunia ini tidak semua orang suka kumpul-kumpul atau hang out dengan teman-teman. Tapi ada pula orang yang suka kesendirian. Mungkin dengan kesendirian orang itu merasa yaman dan enjoy dalam hidup. Makanya orang seperti ini memutuskan untuk tidak menikah. Atau di jaman sekarang di sebut INDEPENDENT.

3. TRAUMA

Alsan ini, mungkin di dasarkan karena mereka pernah disakiti atau pernah mengalami kegagalan. Unsur psikology adalah hal yang berperan dalam hal ini. Seseorang mungkin akan takut mencoba untuk memiliki pasangan karena mereka takut mengalami sakit yang sama. Dan itu di lihat dari akar masalah dan penyebab dari trauma.

4. TUNTUTAN PROFESI

Kalo di lihat alasan ini sejenak, mungkin ngak masuk akal. Mana ada sich Profsi yang tidak memperbolahkan orang menikah? EITZzzz.. jangan salah, contohnya saja PAUS, coba pikir apa pernah mereka menikah? Atau profsi lain seperti BIKSU. Mereka tidak menikah mungkin di dasarkan untuk lebih focus pada pelayanan mereka dan mungkin alasan ini bisa di terima…..

5. NGAK LAKU

Pertama dengar alasan ini, sumpah aku kaget. Coba pikir…tidak laku adalah hal yang mungkin menyakitkan tapi kalo di lihat alsanya mungkin ada benarnya. Atau mungkin karena seseorang sangat selektif atau pilih-pilih dan membuat sulit mendapatkan pasangan.

Yap… itu semua hasil penelusuran ku tentang MENIKAH, dan semoga aja kita tahu alasan kita mau menikah atay ngak nya. Itu semua tergantung pada diri kita sendiri.

“Lho.. Kok MABUK!!”

Kemarin siang, entah kenapa di deaon ramahku begit ramai oleh orang-orang. Aku sendiri masih tidur siang dan mencoba tidak peduli, tapi lam kelamaan rasa penasaran pun meliputiku. Maka tidak pikir panjang aku putuskan untuk melihat keluar. Dan sontak mataku terbuka lebar ketika sekumpulan orang melihat kearah sebrang jalan.

“Lho… kok ada yang tidur di tepi jalan???” ucapku sambil membuka mata lebar-labar.
Aku segera melangkah menghampiri kerumunan itu dan bertanya apa yang sedang terjadi. Di sisi jalan aku bisa melihat seorang plisi menanyai seorang pemuda yang mukanya penuh dengan Lumpur.

“hey…sipa namamu?” Tanya sang polisi.
“Hek…hek… nama ya pak,…..nama saya siapa pak hek…” ucap lelaki itu sedikit linglung.
“Lho kamu sadar tidak? Baru san kamu itu nabrak tiang listrik?” ucap polisi lagi.
“nabrak pak.. saya hanya lompat saja kok pak dari motor??” jawab si pemuda.
“Ohh saya tah kamumabuk ya…. Dasar wong gemblung, wes tak tahan kamu sekalian.” Ucap polisi marah.

Pengen tahu ceritanya kenapa lelaki itu busa tidur di tepi jalan??? ..begini.

Tadi dia kendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, katanya sich habis nabrak orang dan kabur. Nah.. karena takut maka ia naik motor dengan kencang. Akan tetapi sang nasib memang benar, tepat di depan rumahku salah sau ruas jalan ada lubangnya, dan kerena tidak siap maka ia melewati lubang itu. Namun saying karena lubang terlalu dalam dan ia tidak siap maka ai terjungkir balik dan masuk ke dalam got di sebelah jalan, walhasilnya… muka dan tubuhnya di penuhi dengan Lumpur. Dan di ketahui lelaki itu sedang MABUK berat.

Wah… dasar…. lha wong siang bolong… begini… kok mabuk… naik motor lagi.. ya wes…. trima saja nasib dan pertanggung jawaban di kantor polisi!!!! Nasip pemuda Indonesia…..

KUTU LONCAT, terjatuh dalam lobang?

Dua hari yang lalu aku bertemu dengan kawan lamaku. Di tempat kediamanya yang baru saja di renofasi, kami berdua larut dalam perbincangan. Setiap perbicangan kami banyak memberi makna dalam pertemuan itu salah satunya kata “kutu loncat” yang tepat diarahkan ke aku.

Tidak tahu kenapa, mungkin benar juga apa yang di katakanya. Karena keseringanya aku gonta –ganti kerja. Memang sich kalo di pikir rugi juga kalo harus begitu, apalagi kerjaannku berhubungan dengan orang-orang penting. Kalo misalnya satu kerjaan ngak kelar trus pindah ke kerjaan yang lain, wah….. bisa di bilang ngak punya intergritas nich… makanya sekarang ini aku mulai berfikir untuk tidak asal ambil job, takutnya ketika aku loncat…. eh.. jatuh dalam lubang yang dulu ku buat. Ya ngak sich….

PENDETA JUGA BUTUH RELAKS, kali !!!!

PENDETA JUGA BUTUH RELEXS, kali !!!!

“Maaf Pak Pendeta, bisa kah saya minta tolong untuk datang kerumah saya sekarang,” suara dari telephone itu terputus-putus dan gemetar.
“Iya buk, saya akan kesana sekarang.” Jawab seorang Pendeta yang segera bangun dari tempat tidurnya.

Tepat jam dinding menunjukan pukul satu tengah malam, udara di luar begitu dingin dan jalan beraspal begitu sepi tanpa suara roda yang berputar. Malam ini dengan penuh semangat pengabdian sang pendeta melangkah ke arah rumah yang berjarak kurang lebih 200 meter dari rumahnya. Dengan berjalan yang sedikit tergesa-gesa, sang pendeta memakai jaket kulitnya yang sudah lumayan usang. Di daerah ini, banyak orang yang memeluk agama Kristen dan membuat sang pendeta begitu gigih melayani jemaatnya yang terkasih.

Sesampainya di rumah yang dituju, Sang Pendeta menemukan seorang Ibu muda sedang duduk menangis di samping seorang anak yang terbaring karena sakit keras. Dengan penuh kasih sang pendeta duduk disamping sang anak dan mendoakan sang anak untuk kesembuhhanya.

Sebelum melanglah pulang malam itu, sang ibu menanyakan obat apa yang bisa membuat sang anak sembuh. dan sang pendeta hanya memberikan jawaban sesuai pengetahuannya,- BERDOA SAJA, ya bu!!!.
Ketika pagi menjelang, sang pendeta mendapat kabar bahwa salah satu pemuda gerejanya mengalami kecelakanan dan mengharapkan kedatanganya segera ke rumah sakit. Dengan penuh semangat sang pendeta pun mengambil sepeda motornya dan segera menuju rumah sakit. Belum hilang rasa capeknya karena pelayanan semalam, ia melangkah yakin ke rumah sakit itu. Sesampainya di rumah sakit sang Pendeta segera menemui sang pemuda dan melihat keadaanya, tidak lupa ia pun berdoa untuk kesembuhanya.

Setelah selsai mendoakan tiba-tiba handphone sang pendeta berdering. Dilayar hanphone itu tertulis

Bapak Ronal calling…

Dengan segera sang pedeta menjawab telfonnya.

“ya… Pak Ronal, apa yang bisa saya Bantu..?” Tanya sang pendeta.
“begini pak… sekarang bisnis saya sedang mengalami kerugian bisakah saya sharing dengan bapak sekarang?” Tanya Pak Ronald.
“Ya.. boleh sekarang saya akan ke Geraja, bapak tunggu disana.” Kata sang pendeta.

Tugas di rumah sakit usai dan kini ia akan ke gereja untuk sharing dengan pak Ronald. Sepeda motor yang menemaninya kamana-mana siap melaju di jalan raya. Rasa capek belum juga hilang dari sekujur tubuhnya namun panggilan pelayan memanggilnya. Dan ia WAJIB melayani.

Sesampai di gedung Gereja sang pendeta mendapati bapak Ronal sudah duduk di ruang konseling. Dan setelah bertegr sapa, mulailah perbincangan tentang kerohanian melingkupi dan sampai akhirnya masuk dalam masalah bisnis.

Penuh kesadaran bahwa Pak Ronald menginginkan jwaban dan dukungan serta soludi untuk masalah bisnisnya, dan kini tugas seorang berpindah dari PELAYAN GEREJA menjadi PE-BISNIS, dari KEROHANIAN menjadi KEUNTUNGAN. Namun sayang sang jemaat tidak memahami akan hal itu, dan hanya menginginkan jwaban yang memuaskan.

Sore menjelang, tiba-tiba saja pintu rumahnya di ketuk seseorang. Dan tampak jelas ia sadalah salah satu jemaat di Gerejanya.

“Ya…. Bu, ada yang bisa saya bantu.” Tanya sang pendeta.
“Begini pak, sekarang ini saya ada masalah dengan suami saya……….” Sang ibu itu bercerita mengenai masalahnya sampi seakar-akarnya. Dan meminta sang pendeta untuk tidak menyebarkannya.

Kini tugas lain seoarng Pendeta adalah mendengar jeritan para warganya, dan menyimpanya sampai membusuk di telan waktu. Seakan menjadi tempat sampah bagi jemaat nya, sang pendeta tetap bersyukur.

Ini adalah salah satu contoh kesibukan seorang pendeta yang melayani Jemaatnya namun tidak mempunayi waktu untuk keluarga dan kehidupan pribadinya. Kita menaydri betapa beratnya menjadi seorang Pendeta,- harus menjadi panutan, menjadi penasehat, menajdi dokter, guru, bahkan pembantu-. Aku sendiri cukup terkejut ketika membayangkan pelayanan seperti itu. Jemaat hanya menuntut pelayanan yang memuaskan dari pendeta meraka dan tidak menghiraukan akan kesejahtraan sang Pendeta.

Kita tahu bahwa manusia memiliki kehidupan pribadi yang harus di penuhi, dan itu mungkin bagi seorang pendeta karena tntutan para Jemaat. Namun kadang kala ada juga yang mengatakan bahwa sang pendeta hanya malas-malasan melayani, ada pula yang menghujat akan pelayanannya, namun ada pula yang mengatakan PENDETA TIDAK BERMUTU, sungguh merupakan pukulan terhebat ketika kita berani mengatakan seperti itu.

Ada kisah lain dalam suatu gereja yang tdiak megijinkan pendetanya untuk mengikuti seminar atau acara-acara pengembangan diri, padahal kalo di pikir-pikir itu adalah hal yang membangun bagi sang pendeta. Namun saying dengan alas an “Gereja lebih membutuhkan” maka sang pendeta pun terkurung dalam Megahnya gedung gereja seperti ayam dalam kurungan.

Jadi sekarang yang menjadi pergumulan kita dalah “Apakah kita sebagai jemaat sudah memberi ruang bagi pendeta untuk mengembangkan diri? Atau malah mengikatnya erat dan tidak dilepasakan?. Yakinlah bahwa PENDETA pun butuh relaksasi, tidak selalu terkurung dalam sampah para jemaat.